Friday, June 17, 2022

 Pemetaan aset sekolah  

Kajian kekuatan diri sekolah :

Apa yang kami kuasai?

Kami adalah sekolah yang berada di tengah – tengah kota yaitu kabupaten Bondowoso. Sumber Daya Manusia / SDM di sekolah kami sangat heterogen. Murid – murid kami mayoritas adalah laki – laki. Murid perempuan hanya mencakup prosentase kecil saja. Murid – murid kami mayoritas berasal dari daerah kecamatan atau bisa kami katakan bahwa murid – murid kami berasal dari desa atau daerah pinggiran kabupaten Bondowoso. Sekolah kami meyakini bahwa kami bisa memberdayakan keragaman potensi murid – murid kami. Di tengah keterbatasan ekonomi atau strata sosial, kami yakin bahwa kekuatan, kelebihan, dan potensi murid mampu berkontribusi untuk peningkatan dan geliat kehidupan masyarakat Bondowoso.

Apa yang paling kami banggakan dari sekolah ini? Dari murid-murid kami?

Kami bangga sekolah kami memiliki guru dan tenaga kependidikan / Sumber Daya manusia / SDM yang heterogen. Daya pikir dan keragaman potensi masing – masing individu, dapat kami kombinasikan untuk membawa nama sekolah kami menggema di masyarakat. Kami bangga sekolah kami bisa memberikan bekal pendidikan karakter kuat yang mampu menembus batas antara sekolah dan masyarakat. Pada murid – murid kami, kami juga bangga dan yakin bahwa murid – murid kami kelak menjadi warga negara yang menjadi penerus kehidupan bangsa dan negara demi mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Kami yakin bahwa murid – murid kami kelak akan membaktikan hidupnya dalam masyarakat yang majemuk.

Apa yang membuat kami unik?

Hal yang membuat sekolah kami unik yaitu solidaritas di antara kami. Rasa menghargai akan  kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam koridor norma, aturan kehidupan masyarakat, etika, serta nilai – nilai pelestarian budaya dan tradisi leluhur membuat sekolah kami hidup dengan dinamis. Kami berani berbeda dalam mendongkrak daya berpikir kritis, daya kreativitas, serta daya inovasi SDM dan murid – murid kami.

Kekuatan apa yang kami miliki dan berharga untuk masyarakat/komunitas sekitar?

Kami kuat dalam hal menjalin komunikasi antar alumni sehingga masyarakat meletakkan kepercayaan yang besar untuk menitipkan pendidikan anak – anaknya di sekolah kami. Kami memiliki potensi untuk kami berdayakan dalam kehidupan masyarakat. Kami mendidik karakter murid, serta soft skill dan hard skill murid demi mengajari murid untuk hidup mandiri kelak di masyarakat. Sekolah kami adaptif terhadap kedinamisan masyarakat. Sekolah kami terus belajar memperbaiki diri demi meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah kami. Sekolah kami pun terus belajar untuk memberdayakan setiap individu ( murid, guru, tenaga kependidikan ) sehingga regenerasi di sekolah kami secara cepat berputar dari masa ke masa. Kami terbuka atas saran dan kritik yang positif demi kemajuan sekolah.  

Apa yang telah sekolah lakukan dan miliki yang lebih baik dari orang lain?

Sekolah kami telah berupaya memberikan proses layanan pendidikan karakter kepada murid – murid. Sekolah kami terus berusaha menjadikan murid bernilai dan memiliki kekayaan ilmu, rasa empati, keyakinan diri untuk mampu hidup mandiri dalam masyarakat, serta taat kepada agama, keluarga, bangsa, dan negara. Sekolah kami mentradisikan daya inovasi untuk membuktikan kontribusi kami kepada masyarakat melalui langkah – langkah kecil yang bermakna. Dengan tekad, niat yang ikhlas berdedikasi, dan menjadikan diri bermanfaat untuk masyarakat, sekolah kami terus memberikan layanan terbaik yang membuat murid – murid dan seluruh SDM di sekolah kami dinamis.

Diana Kholida Mr, SMKN 3 Bondowoso – Jawa Timur, CGP Angkatan 4 

Tulisan ini dibuat bersumber pada Paket Modul 3 dalam Program Pendidikan Guru Penggerak , Guru Bergerak , Indonesia Maju

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah : Modul 3.2 “ Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya ” . Penulis Modul : Dr. Siti Suharsih, S.S, M.Pd dan Yuni Widiastuti, S.Si, M.Psi.T

Modal manusia ( 1 ) : identifikasi pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki semua unsur dalam komunitas.

Kecakapan memimpin sekelompok orang : contohnya Raider 514

Rencana dan Strategi : bekerja sama dan berkolaborasi dalam latihan kepemimpinan pada murid

Kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok : contohnya bagian protokoler Pemda

Rencana dan Strategi : bekerja sama dan berkolaborasi dalam latihan public speaking / Master of Ceremony / MC

Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan : contohnya alumni / wirausahawan

Rencana dan Strategi : bekerja sama dan berkolaborasi dalam latihan berwirausaha mandiri dan pendampingan wirausaha murid

Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya : contohnya alumni / ahli hadrah / komunitas musik patrol / komunitas ahli marching band / komunitas musik daerah

Rencana dan Strategi : bekerja sama dan berkolaborasi dalam latihan ekstrakurikuler hadrah ; melibatkan murid unjuk kerja dalam pentas lagu daerah / lagu kebangsaan pada saat upacara bendera hari senin

Modal sosial ( 2 ) : Investasi berupa norma dan aturan yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan.

Asosiasi : contohnya asosiasi pecinta lingkungan. Asosiasi musisi lokal / daerah.

Rencana dan Strategi : bekerja sama dan berkolaborasi dalam latihan mengolah sampah organik / urban agriculture ; bekerja sama dan berkolaborasi dalam ekstrakurikuler musik mempersiapkan event upacara bendera yang inovatif.

Modal fisik ( 3 ) : Bangunan yang bisa digunakan untuk melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, atau pelatihan. Bisa juga berupa infrastruktur atau sarana prasarana.

Bangunan di sekitar lingkungan sekolah : contohnya ATM

Rencana dan Strategi : Bank terkait ATM diajak bekerja sama dan berkolaborasi dalam pengamatan perilaku nasabah dalam ATM ( yang membuang bukti transaksi di tempat sampah dalam ATM )  sebagai pembelajaran terkait literasi keuangan.

Modal lingkungan / alam ( 4 ) : potensi yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi dalam upaya pelestarian alam dan kenyamanan hidup.

Lahan kosong di dalam lingkungan sekolah ; serta dinding pagar pembatas sekolah dengan lingkungan luar sekolah / masyarakat sekitar

Rencana dan Strategi : murid dan guru bekerja sama dan berkolaborasi dalam berkebun ; membuat mural / gambar edukatif

Modal Finansial ( 5 ) : berupa tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta pendapatan internal dan eksternal, pengetahuan bagaimana menghasilkan pendapatan, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana cara memperbaiki penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

Kegiatan survey minat wirausaha pada murid kelas 10

Rencana dan Strategi : Penelusuran minat dan pendampingan wirausaha mandiri, promosi usaha kecil di komunitas sekolah saya, pemberdayaan murid dalam ekspo sekolah

Modal politik ( 6 ) : ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang / kesempatan / suara dalam masalah umum yang terjadi. Modal ini bisa berupa lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan murid – murid yang sekaligus sebagai warga masyarakat daerah.

Lembaga pemda ( badan statistik ) ; Puskesmas ; Pasar Tradisional / Pasar Hewan ; Dinas Kependudukan dan catatan sipil ; Kantor Urusan Agama ; Komisi Pemilihan Umum ; Dinas Pemuda dan Pariwisata ; Dinas Pengairan ( Kabupaten / Provinsi ) ; Perpustakaan Daerah ; Satlantas ; Lembaga Pemasyarakatan ; Dinas Koperasi dan Pemberdayaan UKM serta Badan Usaha Milik Desa ; Kantor Desa ; Kantor Kelurahan ; Kantor Kecamatan   

Rencana dan Strategi : sumber belajar murid terkait aktivitas dan peran lembaga pemerintah. Murid diajak belajar bagaimana data lapangan pekerjaan yang ada di daerah dapat memakmurkan daerahnya sendiri. Kegiatan ini seolah murid diajari oleh guru untuk memutuskan langkah – langkahnya demi masa depan murid kelak. Proses pembelajaran pun juga dapat diperkaya dengan mengenalkan konteks kehidupan masyarakat untuk mengaitkan konsep – konsep mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Dengan modal politik, guru, murid, atau pun orang tua bersama – sama belajar berkehidupan masyarakat. Sekolah menjadi jembatan bagi murid untuk mempelajari dan mengenali segala sendi kehidupan dalam masyarakat. Sekolah dengan pemerintah daerah menjalin komunikasi tentang pendidikan menjadi warga negara yang taat hukum. Sekolah menjalin komunikasi dengan masyarakat untuk meningkatkan daya kepercayaan sekolah terhadap masyarakat, sehingga warga masyarakat antusias untuk menyekolahkan anak – anaknya di sekolah tersebut. Modal Politik juga memperluas literasi bagi murid, mulai dari literasi membaca peluang ( Badan Statistik ) ; literasi hidup sehat ( Puskesmas ); Literasi ekonomi tentang transaksi ( Pasar Tradisional / Pasar Hewan ); Literasi administrasi pencatatan identitas menjadi warga negara tentang tata cara membuat KTP, akta lahir, akta kematian, kartu keluarga ( Dinas Kependudukan dan catatan sipil ) ; Literasi Berkeluarga ( Kantor Urusan Agama ) ; Literasi bersuara menentukan pilihan pemimpin dan wakil rakyat ( Komisi Pemilihan Umum ) ; Literasi sehat bersosial antar pemuda dan pemberdayaan pemuda ( Dinas Pemuda dan Pariwisata ) ; Literasi pelestarian sungai dan air ( Dinas Pengairan Kabupaten atau Provinsi ) ; Literasi Bahasa dan Budaya Lokal ( Perpustakaan Daerah ) ; Literasi taat berlalu lintas ( Satlantas ) ; Literasi pemberdayaan dan pendidikan dalam Lembaga Lemasyarakatan ( Lembaga Pemasyarakatan ) ; Literasi pemberdayaan aset dan potensi daerah ( Dinas Koperasi dan Pemberdayaan UKM serta Badan Usaha Milik Desa ; Kantor Desa ; Kantor Kelurahan ; Kantor Kecamatan )

Modal agama dan budaya ( 7 ) : agama adalah suatu sistem berperilaku yang mendasar. Fungsi agama adalah mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang meliputi kepercayaan, perilaku, atau amalan. Budaya adalah ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam suatu ruang geografis.

Tokoh agama lintas agama

Rencana dan Strategi : diskusi secara periodik hidup bertoleransi dalam komunitas sekolah saya

Batik motif daun singkong khas Kabupaten Bondowoso – jawa Timur

Rencana dan Strategi : menggunakan kain batik khas Bondowoso sebagai dekorasi pada upacara bendera hari senin.


Thursday, June 16, 2022

 Bijak dalam Dilema Etika pada Konteks Lokal Sekolah Saya


Peristiwa / Fact : deskripsi singkat untuk aksi nyata yang sudah dilakukan

Latar belakang tentang situasi yang dihadapi

Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar - samar. Tujuan pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi / membantu) anak untuk menebalkan garis samar - samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya (KHD, 1936. Dasar - dasar Pendidikan). Guru dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi / menciptakan kedalaman (rasa takjub dan kasmaran) spiritual, intelektual, dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia (Pengembang modul 1.1).

Sekolah sebagai tempat yang nyaman bagi murid, berusaha memberikan keamanan secara fisik / psikis. Salah satu sikap ramah guru kepada murid yaitu alternatif ramah anak terkait konsekuensi atas tindakan murid yang menyimpang dari nilai “ disiplin ” / murid terlambat.


Keterangan : Pendampingan Kepala Sekolah dalam lokakarya ketiga

Keterangan : Bapak Kepala Sekolah mendampingi calon guru penggerak dalam lokakarya ketiga / visi misi sekolah yang berpihak kepada murid

Keterangan : Bapak Kepala Sekolah bersama calon guru penggerak dalam lokakarya ketiga menyusun kerangka keberpihakan sekolah kepada murid sebagai hasil tindak lanjut wawancara calon guru penggerak kepada sampel guru, wali murid, serta murid


Alasan mengapa melakukan aksi nyata tersebut :

Saat mengidentifikasi hasil wawancara saya kepada sampel wali murid sebelum lokakarya ketiga pada Februari 2022, saya menghadapi dilema etika pada satu kasus. Data yang mengejutkan saya adalah :

Pada sisi murid : murid hormat karena murid berusaha patuh untuk melakukan konsekuensi atas tindakan murid yang salah / murid terlambat

Pada sisi guru : guru bertoleransi kepada guru lain terkait hak jam pelajaran murid yang terlambat.

Dua nilai yang sama - sama benar dari sisi murid dan sisi guru ini, dalam pelaksanaannya menimbulkan efek yang kurang baik pada murid. Murid terpaksa memilih cara cepat walaupun dia sadar akan mengalami resiko. Murid seolah dalam waktu yang singkat pada bel masuk jam pertama belum bisa memilih alternatif damai.


Keterangan : Draft bahan musyawarah “ Alternatif Ramah Anak ”




Keterangan : Penyerahan Draft bahan musyawarah “ Alternatif Ramah Anak ” Kepada Kepala Sekolah


Keterangan : Penyerahan Draft bahan musyawarah “ Alternatif Ramah Anak ” kepada Waka Kesiswaan, Koordinator guru BK, dan Guru BK


Hasil aksi nyata yang telah dilakukan :

Musyawarah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Juni 2022 pukul 13.20 wib.

Guru BK : Guru BK mengharap semua elemen berjalan dalam menangani murid terlambat.

Waka Kesiswaan : Penanganan murid terlambat sudah mengalami revisi / humanis mulai dari kepala sekolah yang pertama sampai kepala sekolah yang terkini.

CGP : Dua kondisi yang masing – masing benar pada pihak murid dan pihak guru masih membutuhkan kajian ulang untuk memutuskan alternatif yang ramah anak.

Kepala Sekolah memutuskan : penanganan berbeda – beda pada murid yang terlambat, karena masing – masing murid tidak sama. Pola konsekuensi yang mengandung unsur edukatif dan kehati – hatian dalam menangani murid terlambat agar lebih ditekankan demi mempengaruhi psikologis murid untuk menghindari terlambat kembali.



Keterangan : Musyawarah “ Alternatif Ramah Anak ” dihadiri  Kepala Sekolah, CGP, Waka Kesiswaan, dan Guru BK


Perasaan / Feelings : perasaan ketika atau setelah menjalankan aksi nyata

Setelah melaksanakan musyawarah yang terbilang cukup menguras tenaga untuk mempersiapkannya, saya merasa lega dan bahagia. Berbagai tantangan kesulitan, terutama menyambungkan masing – masing persepsi yang berbeda – beda dari berbagai pihak penting di sekolah dapat saya laksanakan dengan penuh kesabaran dan optimis tercipta sedikit perubahan. Perubahan yang saya harapkan demi menempatkan murid pada posisi yang mulia di sekolah. Kajian dan analisis secara seksama pada kasus dilema etika mengajarkan kita untuk lebih tajam merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, serta dialami murid. Dari satu kasus dilema etika ini, seolah kita belajar menjadi orang yang bijaksana menciptakan keputusan yang bertanggung jawab serta keputusan yang memanusiakan hubungan antara murid dengan seluruh elemen dalam sekolah.

Pembelajaran / Findings : pembelajaran yang didapat dari keseluruhan aksi (baik dari kegagalan maupun keberhasilan)

Pada saat saya gagal membangun komunikasi di tahap awal yakni dikarenakan satu redaksi / satu tulisan saya pada berkas draft musyawarah alternatif ramah anak, yang menyinggung perasaan Waka Kesiswaan serta Guru BK, saya memperoleh pelajaran bahwa dalam membangun komunikasi sebisa mungkin kita menggunakan bahasa tulisan dan bahasa lisan yang menjaga perasaan orang lain sehingga tidak mengalami hambatan di koordinasi tahap selanjutnya. Sedangkan pada saat saya berhasil mempertemukan secara tatap muka dan menyambungkan berbagai persepsi dari berbagai pihak, saya memperoleh pelajaran bahwa untuk menciptakan suatu keputusan secara etis dibutuhkan kemampuan mengendalikan diri dan empati sehingga musyawarah dilakukan secara mindfull untuk menciptakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penerapan ke depan / Future : rencana perbaikan untuk pelaksanaan mendatang

Ke depan saya akan mencoba berkomunikasi secara arif. Saya akan mengembangkan diri untuk memperdalam keterampilan sosial khususnya berkomunikasi dengan bahasa dan redaksi kata yang menghormati orang lain. Hal ini akan saya lakukan dengan mencoba mencari padanan kata, frase, serta kata ungkapan pada komunikasi lisan, komunikasi tulisan, serta komunikasi non verbal yang menjunjung toleransi. Berikutnya saya juga akan belajar membaca kondisi sekitar agar saya mengetahui bagaimana memilih waktu yang tepat untuk memulai komunikasi atau menghentikan komunikasi bahkan memulai aksi nyata serta merefleksikan berbagai tindakan aksi nyata. Semua ini demi bersikap bijaksana dalam setiap langkah penting menghasilkan keputusan secara etis dan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Diana Kholida Mr – CGP Angkatan 4 – SMKN 3 Bondowoso – Jawa Timur





















Monday, April 25, 2022

Koneksi antar materi modul 3.1 : Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

·       Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Melihat konten / isi / materi dalam suatu wadah perlu dilakukan namun juga dibutuhkan kejelian kita melihat esensi / makna penting untuk apa wadah berisi konten / materi tersebut diperuntukkan ? Dalam pembelajaran modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita diajak untuk berempati menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang tidak hanya bisa dan mampu membuat suatu keputusan namun juga jeli merasakan kemujaraban keputusan untuk perubahan yang lebih baik yakni hakikat suatu keputusan untuk memuliakan murid, melayani murid, serta keberpihakan keputusan bagi murid untuk kebertahanan hidupnya kelak di masa depan. 

·       Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

cinta Tuhan dan segenap ciptaan – Nya, mandiri, jujur, hormat dan santun, suka menolong, percaya diri, pantang menyerah adalah beberapa nilai yang berguna untuk mengendalikan diri saat bertindak dalam lingkungan sehingga orang lain percaya kepada kita.. 

·       Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Fokus pada setiap situasi yang kita hadapi, maka makin mudah bagi kita untuk melakukan resiliensi terhadap berbagai hambatan dalam menciptakan suatu keputusan yang berdampak baik bagi murid.

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Ing Ngarso sung tuladha : di depan memberi teladan

Ing Madya mangun karsa : di tengah memberi kemauan

Tut Wuri Handayani : di belakang memberi dorongan

ketiga pikiran Ki Hajar Dewantara ini menuntun kita menciptakan suatu keputusan yang berpihak kepada kemajuan belajar murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

cinta Tuhan dan segenap ciptaan – Nya, mandiri, jujur, hormat dan santun, suka menolong, percaya diri, pantang menyerah adalah beberapa nilai kebajikan yang berguna untuk mengendalikan diri saat bertindak dalam lingkungan sehingga orang lain percaya kepada kita. Intuisi sebagai hasil kombinasi nilai – nilai kebajikan pada diri kita akan menjadi kemudi kita merasakan alur masalah atau situasi yang kita hadapi menjadi suatu lingkungan belajar yang menyambut ramah sang murid.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Beberapa hal yang kita rencanakan serta kita komitmenkan secara bertanggung jawab untuk kita putuskan lakukan sesaat setelah coaching siklus pertama, biasanya masih belum nampak keefektifannya secara langsung kecuali dalam beberapa jeda tertentu sudah kita amati perubahan berarti / signifikan antara sebelum dan setelah pengambilan keputusan saat coaching siklus pertama. Untuk merefleksikan efek putusan atas tindakan tertentu, dibutuhkan coaching siklus kedua atau siklus seterusnya sedemikian hingga berhasil diperoleh perubahan yang dituju sesuai tahapan T ( tujuan ) dalam TIRTA coaching siklus pertama ( awal ). Begitu juga dengan pertanyaan yang muncul pada diri atas keputusan tindakan yang kita buat setelah coaching akan muncul beriringan dengan keefektifan keputusan sedemikian hingga pertanyaan – pertanyaan terkait efek putusan akan senantiasa menuntun kita menyingkronkan segala renca aksi untuk tidak berbelok dari tujuan pada coaching siklus pertama / awal mula. 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Pengelolaan emosi dan fokus akan memudahkan guru berempati pada situasi dilema etika yang dihadapi sehingga keputusan yang dihasilkan secara sadar / mindfull dapat berdampak kepada murid. Kestabilan emosi saat menjadi seseorang yang mengalami dilema etika pada suatu masalah, membuat guru memiliki daya lenting untuk bangun dan secara sadar menelaah masalah untuk memperoleh solusi yang dapat diterima oleh berbagai pihak. 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

moral membuat kita mampu memilah mana yang baik dan buruk. Etika menjadi suatu sistem yang selalu hidup karena dipegang teguh oleh suatu masyarakat. Saat guru menghadapi situasi yang secara moral dan etika diterima oleh suatu masyarakat tertentu namun bertolak belakang oleh peraturan sekolah, maka solusinya adalah kita kembalikan pada pertimbangan sisi kemanusiaan pendidik membawa murid demi murid dapat berekspresi, bertumbuh, dan berkembang untuk mempersiapkan hidupnya kelak di masyarakat ( secara luas atau lingkungan yang membesarkannya ). Intinya adalah : paradigma suatu sekolah akan menjunjung nilai – nilai kebajikan yang secara universal diakui oleh seseorang tanpa membeda – bedakan suku, agama, ras, dan budaya masyarakat tercermin dari nilai – nilai yang tersirat dalam keyakinan sekolah / kesepakatan kelas.  

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang dibuat oleh pemimpin pembelajaran cenderung fokus pada menciptakan pengalaman utuh berkaitan dengan proses pengajaran yang menjadi bagian dari pendidikan untuk menghasilkan murid yang adaptif dan memiliki nilai – nilai karakter luhur ( Profil Pelajar Pancasila ). Murid dibentuk utuh oleh enam dimensi pembentuk karakter yaitu :  

1.       Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia

2.       Mandiri

3.       Bergotong royong

4.       Bekebhinekaan global

5.       Bernalar kritis

6.       Kreatif 

 

Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, rekayasa lingkungan belajar dirancang untuk mengolah cipta, rasa, karsa, dan raga. Lingkungan belajar yang mengolah cipta akan membantu guru untuk pembelajaran berpusat pada kebutuhan. Ruang kelas akan membantu murid memenuhi kebutuhannya. Dalam kelas murid akan belajar untuk memahami tujuan dan manfaat mengapa mereka belajar suatu ilmu tertentu di dalam kelas. Murid akan menggunakan ilmunya untuk mengantarkan mereka menjadi manusia yang berguna dalam masyarakat.  Lingkungan belajar yang mengolah rasa akan membantu guru untuk mengetahui kinerja murid dengan menerapkan suatu konsep sederhana. Murid akan merasa dirinya kompeten dan bernilai dengan hasil kinerja mereka. Lingkungan belajar yang mengolah karsa akan membantu guru menghubungkan ilmu yang dipelajari dengan problematika kehidupan sehari – hari. Murid akan bisa menyambungkan sekolah dengan kehidupan masyarakat. Lingkungan belajar yang mengolah raga akan memayungi guru dalam melakukan penilaian yang berorientasi pada proses dan penguasaan kompetensi. Murid – murid yang berbeda – beda dapat mencurahkan idenya untuk karya yang mereka mampu bisa hasilkan dengan menggunakan konsep dasar yang diajarkan oleh guru di kelas.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang saya hadapi : menyamakan persepsi / sudut pandang. Di lingkungan kita, sebagian besar kelompok masih mengakui ilusi kontrol :

1.        Ilusi guru mengontrol murid

2.      Ilusi bahwa kritik dan membuat orang bersalah dapat menguatkan karakter

3.      Ilusi bahwa semua penguatan positif, efektif dan bermanfaat

4.      Ilusi bahwa orang dewasa berhak untuk memaksa

Betul sekali bahwa ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan. Ketika kita berhasil menemukan benang merah dalam situasi / masalah tertentu, maka usaha kita dalam membuat keputusan masih harus diuji oleh kusutnya benang sehingga kita sulit mengubah pola / bentuk / paradigma awal mula budaya sekolah terbentuk.  

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Akhirnya, kita ambil keputusan bahwa pengajaran untuk memerdekakan murid hanya kita wacanakan ke sekolah. Sementara waktu sambil mempersiapkan regulasi atau peraturan yang menaungi hal tersebut terealisasi, kita komunikasikan hal – hal berkaitan memerdekakan murid secara personal dengan teman / rekan sejawat sebagai kolaborator melaksanakan pendidikan merdeka, dan mengkomunikasikan kepada pimpinan tentang informasi – informasi penting terkait pendidikan merdeka secara sopan. Terpenting adalah kita mulai dari diri sehingga akan kita peroleh hasil – hasil pengalaman belajar yang meyakinkan sekolah untuk bisa mengikuti apa yang telah kita lakukan terkait memerdekakan murid.    

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pertama, kita kenalkan faktor pendorong atau latar belakang munculnya suatu keputusan berdasar / berpijak pada nilai – nilai kebajikan.

Kedua, kita dampingi murid melaksanakan pembelajaran yang memuat nilai – nilai kebajikan, misalnya dengan memberi murid waktu / kesempatan berbagi pengetahuan, memberi waktu kepada murid untuk mengenali emosinya, memberi waktu murid untuk bercerita, serta melatih murid untuk menghargai ciptaan – Nya melalui Latihan bersyukur memaknai pentingnya kehidupan / napas yang kita peroleh setiap detik.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan : pengambilan keputusan terkait dengan kemampuan kita mengenali emosi kita, mengelola emosi dan fokus pada tindakan kita menjadi komunikator yang asertif dan mampu mendengarkan dengan baik, berempati dalam situasi dilema etika, memiliki resiliensi terhadap rantai masalah dalam lingkungan kita, untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab secara sadar / mindfull guna menciptakan rasa aman dan adil bagi murid pada pembelajaran berdiferensiasi sebagai wujud pembelajaran yang secara utuh membentuk profil pelajar Pancasila.

Saturday, April 9, 2022

Suara Murid Berkesepakatan Kelas

Dalam modul 1.4 pendidikan guru penggerak angkatan 4, guru menyelami budaya positif di sekolah masing - masing. Budaya positif merupakan bentuk iklim baru sekolah menuju pembiasaan perilaku disiplin positif. Disiplin positif adalah pola sikap yang muncul secara intrinsik dari dalam individu. Disiplin positif muncul dari pengaruh yang kuat dan pengaruh yang muncul dari dalam individu tanpa adanya imbalan, tanpa adanya paksaan, tetapi karena semata - mata menuju pencapaian nilai - nilai kebajikan. 

Salah satu yang diterangkan dalam modul 1.4, yaitu membentuk kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas berbeda dengan peraturan kelas. Dalam kesepakatan kelas terdapat suatu nilai keyakinan yang berupa nilai - nilai kebajikan. Setelah saya mempelajari modul 1.4, saya mengetahui bahwa peraturan kelas berbeda dengan kesepakatan kelas. Dalam modul ini saya menarik perbedaan di antara keduanya. Peraturan kelas bersifat memunculkan perubahan pada murid karena pengaruh eksternal. Misalnya, ada suatu peraturan kelas yang menyatakan bahwa murid dilarang terlambat. Pernyataan murid dilarang terlambat membuat murid terpaku dan teringat pada kata terlambat. Peraturan kelas seolah belum menerangkan makna tersirat mengapa murid dilarang terlambat dan untuk apa murid datang tidak terlambat di sekolah. Pada peraturan kelas " murid dilarang terlambat ", belum menerangkan secara utuh kepada murid tentang makna sesungguhnya tujuan murid tidak terlambat. Peraturan kelas tergolong berisi pesan memaksa. Pesan dalam peraturan kelas bersifat sempit hanya untuk satu poin sikap. Menurut saya, suatu hal yang bersifat memaksa, masa kebertahanan sikap yang dibentuk belum bertahan lama. Pada kesepakatan kelas, setiap pesan di dalamnya memiliki makna berbagai poin sikap. Misal ada satu pesan dalam kesepakatan kelas berbunyi "kami adalah murid yang menghormati orang lain". Dalam satu pesan tersebut tersirat berbagai makna. Beberapa pesannya misal : murid selalu berusaha tepat waktu masuk ke kelas agar saat pelajaran dimulai, murid menciptakan suasana yang tertib; murid bertutur kata sopan kepada teman, guru, dan seluruh warga sekolah sebagai bentuk konkrit menghormati orang lain; atau murid memberikan kesempatan kepada teman untuk menyampaikan ide sebagai bentuk penghormatan murid saat diskusi. Nah, dari satu pesan saja dalam kesepakatan kelas akan menciptakan berbagai poin sikap yang dapat dimunculkan secara positif kepada murid. Satu pesan dalam kesepakatan kelas akan menjadi pedoman bagi murid untuk bersikap sesuai yang tertulis. Kesepakatan kelas mengandung tujuan untuk menanamkan nilai keyakinan kelas yang sarat nilai - nilai kebajikan. Nilai kebajikan ini bersifat memunculkan kenampakan sikap positif dari dalam individu secara internal. Kemauan diri yang kuat untuk bersikap positif karena dorongan dan keyakinan dari dalam individu dilatih secara rutin melalui kesepakatan kelas. 

Kesepakatan kelas dibentuk berdasarkan musyawarah atau diskusi antara murid dan guru. Cara membuat kesepakatan kelas : 
1. ajak murid menyampaikan beberapa sikap yang sebaiknya dilakukan dalam kelas.
2. Apabila pernyataan murid mengandung kata tidak boleh atau dilarang, guru mengubahnya menjadi kalimat positif 
3. Beberapa pernyataan disarikan ke sebuah pesan yang akan ditulis dalam kesepakatan kelas
4. Buat kesepakatan kelas yang memuat 3 - 5 pesan, agar murid mudah mengingatnya
5. Tulis kesepakatan kelas dalam bentuk poster yang menarik, kemudian pajang di kelas

Melalui diskusi di kelas, saya bersama murid telah berhasil mengidentifikasi beberapa sikap yang diijinkan untuk dilakukan murid saat di kelas. Murid saya menyampaikan 12 sikap yang sebaiknya dilakukan oleh murid di kelas, yaitu :
1. Murid tidak boleh ramai
2. Piketlah sesuai dengan jadwal
3. Murid tidak boleh main game / HP saat guru menerangkan
4. Menata baju olahraga setelah jam pelajaran olahraga
5. Dilarang main HP
6. Tidak membuang plastik bungkus jajan di loker meja
7. Setiap jam pelajaran olahraga usai, murid diberi kesempatan istirahat
8. Membersihkan lantai musholla 
9. Tidak ramai di bengkel / laboratorium
10. Dilarang merokok
11. Dilarang terlambat
12. Tidak boleh bersikap kurang sopan kepada guru

Setelah tersampaikan oleh murid tentang 12 sikap, saya menyusun pesan positif. Pesan positif biasanya berupa kalimat yang tidak mengandung kata dilarang, jangan, atau tidak boleh. Dengan demikian keduabelas sikap akan menjadi :
1. Murid menghormati orang lain
2. Piketlah sesuai dengan jadwal
3. Murid memperhatikan guru
4. Menata baju olahraga setelah jam pelajaran olahraga
5. Berhenti main HP
6. Membuang plastik bungkus jajan ke tempat sampah
7. Setiap jam pelajaran olahraga usai, murid diberi kesempatan istirahat
8. Membersihkan lantai musholla
9. Tertib saat pelajaran bengkel / laboratorium
10. Hindari merokok
11. Hindari terlambat
12. Bersikap sopan kepada guru

Beberapa pesan disarikan menjadi satu tulisan pesan :
poin 1, 3, 4,12, disarikan : murid menghormati orang lain
poin 2, 6, 8 disarikan : murid menjaga kebersihan
poin 10 disarikan : murid menjaga keamanan
poin 5, 7, 9, 11 disarikan : murid menghargai waktu

Empat kesimpulan merupakan kesepakatan kelas.
Kesepakatan kelas : 
1. Kami menghormati orang lain
2. Kami menjaga kebersihan
3. Kami menjaga keamanan
4. Kami menghargai waktu